Apa itu Penanda Wacana?

Penggunaan penanda wacana membuat percakapan tetap mengalir.

Hampir setiap orang menggunakan penanda wacana dalam ucapan dan tulisan, dan mereka dapat ditemukan dalam semua bahasa. Penanda wacana (DM) adalah kata-kata yang tidak berpengaruh pada koherensi atau tata bahasa sebuah kalimat, seperti kata “well” atau “so” dan frasa “you know” dalam bahasa Inggris. Sebaliknya, penanda wacana membantu membuat penataan wacana lebih koheren dan mengalir lebih baik. Pada suatu waktu, penanda wacana dianggap sebagai pengisi pidato belaka, tetapi penganalisis wacana sekarang menyadari bahwa meskipun penanda ini tidak memiliki tujuan aktual dalam wacana, mereka menjalankan fungsinya sendiri dalam pidato. Mereka sebagian besar digunakan sebagai transisi dalam subjek atau pemikiran, metode untuk menekankan pikiran dan pemberi sinyal respons terhadap ucapan sebelumnya oleh pembicara lain.

Penanda wacana membuat percakapan lebih hidup, pribadi dan terlibat. Tanpa mereka, percakapan bisa menjadi stagnan dan canggung. Orang cenderung mengambil jeda selama dialog, biasanya setelah penolakan, pujian, atau permintaan. Jika keterlambatan bicara yang terjadi secara alami ini disambut dengan keheningan total, percakapan menjadi canggung secara sosial. Penambahan DM membuat percakapan tetap mengalir.

Saat-saat lain yang biasanya terjadi DM adalah saat menunjukkan keterkejutan, untuk klarifikasi, saat mengalihkan topik dan saat melanjutkan topik sebelumnya. Apa yang membuat penanda wacana berguna adalah bahwa hanya dalam sebuah kata atau frasa pendek, ia menghilangkan dugaan dari dialog sebelumnya dan dari wacana saat ini dan yang akan datang. Itu juga dapat memberi sinyal kepada pendengar atau pembaca apa yang diharapkan.

Ketika ditempatkan di awal sebuah pemikiran, penanda wacana biasanya merupakan reaksi terhadap pembicara lain. Misalnya, “baik” dapat menandai respons terhadap pernyataan yang dibuat oleh pembicara lain. Ketika ditempatkan di awal sebuah pemikiran, itu mungkin juga menandakan akhir dari misteri atau antisipasi. Contoh lain dari ini adalah penggunaan “jadi” selama perkenalan seperti, “Jadi, dengan senang hati saya memperkenalkan ….”

Beberapa kata dan frasa digunakan sebagai bagian kalimat yang memiliki tujuan dan sebagai penanda wacana. Contohnya adalah penanda wacana “Anda tahu.” Dalam kalimat, “Kamu tahu, aku tidak suka keju,” frasa “kamu tahu” adalah penanda wacana. Dalam kalimat, “Apakah Anda tahu di mana buku itu?” kalimat itu bukan lagi DM. Pertukaran ini dapat membuat sulit untuk membedakan beberapa DM dari percakapan yang sebenarnya.

Untuk menentukan apakah suatu frasa atau kata merupakan penanda wacana, harus diperhatikan konteks dialognya. Mengambil kata atau frasa dari kalimat juga dapat membantu. Kalimat tersebut harus mampu berdiri sendiri tanpa penanda wacana.

Baca juga