Apa Itu Esai Diskursif?

Sebuah esai diskursif harus diakhiri dengan paragraf yang merangkum unsur-unsur utama dan argumen.

Esai diskursif adalah jenis esai yang membahas suatu masalah, kontroversi, atau isu terkini. Esai ini mungkin informal atau formal, tetapi paling sering ditulis secara formal. Banyak universitas dan kelas mengharuskan pelamar dan siswa untuk menulis esai jenis ini untuk memeriksa dan mengevaluasi keterampilan mereka dalam menulis, pembentukan pemikiran, dan analisis.

Salah satu unsur pembeda esai diskursif adalah objektivitasnya. Adalah penting bahwa penulis menyajikan masalah dengan cara yang tidak memihak, membahas semua poin argumen secara menyeluruh dan hati-hati. Jika instruksi memungkinkan penulis untuk memihak satu poin, ia harus terlebih dahulu menyajikan semua sisi sebelum memilih satu. Untuk membuat esai lebih objektif, disarankan agar esai ditulis dalam sudut pandang orang ketiga dan hindari menggunakan frasa orang pertama seperti “menurut saya”, “Saya percaya”, dan “Saya sepenuhnya mendukung”. Dengan cara ini, esai diskursif berbeda dari esai argumentatif, karena esai argumentatif hanya menyajikan satu sisi masalah dan membahas detail untuk mendukung atau menentang sisi itu.

Sebuah esai diskursif yang efektif sering kali, jika tidak selalu, dimulai dengan pengenalan yang baik yang dengan jelas menetapkan tentang apa masalahnya. Hal ini juga dapat mendiskusikan relevansi dan konteks isu tersebut dengan isu-isu terkini lainnya. Inti masalah tidak boleh lebih dari satu paragraf, yang umumnya dapat terdiri dari tiga hingga enam kalimat.

Paragraf berikutnya setelah pendahuluan selalu diberikan untuk poin dan argumen yang berbeda dalam masalah ini. Paragraf ini juga harus disusun secara logis dan terorganisir. Misalnya, seorang penulis dapat mendiskusikan terlebih dahulu semua poin positif dari masalah sebelum mengutip poin negatif, daripada melompat dari satu argumen positif ke argumen negatif.

Idealnya, setiap poin utama harus dibahas hanya dalam satu paragraf. Penulis dapat memulai paragraf dengan pernyataan singkat dan to the point sebelum menguraikan secara rinci dan menyajikan alur penalaran lainnya. Untuk membuat argumen lebih kredibel, paragraf juga dapat menyertakan contoh lebih lanjut, kasus situasional, dan bahkan kutipan dari sumber terpercaya dan orang-orang penting mengenai masalah tersebut. Setelah menyelesaikan satu poin, penulis harus memulai dengan paragraf lain, menggunakan konjungsi dan frasa penghubung yang tepat untuk membuat transisi yang mulus.

Esai diskursif juga harus diakhiri dengan kesimpulan, atau paragraf yang merangkum unsur dan argumen utama dalam masalah. Jika diperbolehkan, penulis juga dapat menyatakan posisinya mengenai masalah tersebut, tetapi harus tetap tidak memihak. Dia juga bisa memberikan “perkiraan” tentang apa yang bisa atau tidak bisa terjadi, mengingat informasi dan detail yang disajikan. Kesimpulan tidak boleh mencakup ide-ide baru yang tidak diuraikan sebelumnya. Sebuah esai diskursif seharusnya tidak hanya membahas materi pelajaran tertentu, tetapi juga harus mengajak pembaca untuk membuat diskusi lebih lanjut.

Baca juga